Network
Menurutnya, kalau sampai rusak Al-Qur'an tersebut, maka akan sulit untuk mendapatkan raksasa Al-Qur'an itu lagi.
"Karena ketika itu rusak, maka sulit kita mendapatkan Al-Qur'an yang sudah ada ini,"paparnya.
Artinya, mulai dari kertas dan tulisannya itu tidak bisa sesuai dengan apa yang sudah didapatkan sebelumnya.
“Menjadi contoh bahwa di Bulan Ramadhan ini kita perbanyak dalam bertilawah Qur'an. Seakan-akan Qur'an yang besar saja bisa kita baca, apalagi Qur'an kecil yang ada di rumah kita," paparnya.
Selain itu, kalau Al-Qur'an akbar atau raksasa Al-Qur'an ini untuk pertama kalinya dibacakan di Kota Probolinggo.
"Dengan harapan dari bapak wali kota supaya ada koreksi baik dalam bentuk huruf ataupun harakaatnya,” tambah Hakimuddin
Dijelaskan secara detil oleh Hakimuddin, Khotmil Qur'an ini disiarkan langsung melalui akun media sosial Pemerintah Kota Probolinggo.
Dilaksanakan setiap hari di bulan Ramadan, selama 1,5 jam, dari jam 08.00 pagi hingga jam 09.30 pagi, target membaca setiap hari sekira 1,5 juz dengan metode pembacaan tartil, sekira lebih kurang 93 orang haafizh-haafizhah Kota Probolinggo.
“Pada akhir bulan Ramadan raksasa Al-Qur'an ini sudah bisa khatam dan kita sudah bisa berdoa bersama,” pungkas Hakimuddin.
Pada awal khotmil Al-Qur'an dilakukan Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ) Ustad KH. Abdul Aziz RM bergantian dengan Ustad Amanal Hoifin dan Ustad H. Yusuf Zainul Anwar.***
