Dua Orang Meninggal Dunia Akibat Serangan DBD di Kabupaten Probolinggo

- 3 Februari 2022, 09:30 WIB
Kasus dua orang meninggal dunia akibat serangan DBD di Kabupaten Probolinggo. Dinkes setempat imbau gerakan 3M. Sampah di Desa Kalisalam Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo, mulai diangkut oleh DLH.
Kasus dua orang meninggal dunia akibat serangan DBD di Kabupaten Probolinggo. Dinkes setempat imbau gerakan 3M. Sampah di Desa Kalisalam Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo, mulai diangkut oleh DLH. /ZONA Surabaya Raya/bima

“Disinilah diperlukan gerakan semua elemen masyarakat untuk membersihkan lingkungan. Paling murah itu sebetulnya adalah 3M berupa Menguras, Menutup dan Mengubur dengan beberapa kelompok kerja yang ada di desa. Sekali lagi, fogging itu upaya untuk membunuh nyamuk terbang saja, tetapi kalau jentiknya kita akhiri tidak sampai dewasa akhirnya mati juga nyamuknya,” tegasnya.

Lebih lanjut Mujoko menerangkan trend terjadinya kasus DBD itu biasanya diawali dari bulan Desember hingga April. Biasanya pada bulan April sudah melandai karena mulai masuk musim kemarau.

“Puncaknya biasanya pada bulan Pebruari dan Maret. Ini betul-betul harus diwaspadai, tetapi tergantung juga bagaimana musim yang ada. Terutama daerah-daerah endemis. Kita termasuk daerah endemis, dalam artian setiap tahun itu selalu ada kasus DBD seperti Kecamatan Gending dan Pajarakan,” ujarnya.

Mujoko menghimbau kepada masyarakat agar kembali menggalakkan kegiatan gotong royong dalam menjaga kebersihan lingkungan secara bersama-sama dan saling melirik lingkungan tetangganya. Kalau kotor bisa saling mengingatkan. Intinya masyarakat saling melihat tempat penampungan air masing-masing. Jangan sampai menunggu jentik, setidaknya dua hari sekali dikuras.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Kamis 3 Februari 2022, Horoskop: Pisces, Aquarius, Virgo Ketidaksepakatan Kecil Dapat meledak

“Justru yang sangat beresiko ini adalah genangan air yang tertampung di kaleng-kaleng bekas, bak mandi dan lain sebagainya. Sebab jentik ini hidup di air bersih. Kalau genangan air di tanah tidak menjadi trigger utama sebab ada mikroorganisme yang akan memakannya. Kuncinya ada pada masyarakat. Idealnya saat ini kesadaran masyarakat sudah cukup tinggi. Pemicunya tetap dari kebijakan wilayah seperti desa sebagai penggeraknya,” pungkasnya. ***

Halaman:

Editor: Julian Romadhon


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah