Pelatihan tambahan untuk awak kapal selam dan personel lain yang akan terlibat dalam pasokan sistem AIP juga diperlukan.
Selain itu, TNI AL harus mencari rantai pasokan lokal dan perusahaan yang memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menyediakan jumlah yang cukup dari 'grade-AIP' hidrogen murni, oksigen cair, dan/atau bahan kimia lain yang dibutuhkan oleh sistem AIP tepat waktu.
Bahkan selama masa damai, ini bisa menjadi tantangan logistik yang substansial terutama jika kita mempertimbangkan aspirasi TNI AL untuk menerapkan armada kapal selam masa depan di luar Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) negara.
Ini berarti bahwa kadang-kadang armada hanya dapat mengandalkan fasilitas yang tersedia di pangkalan-pangkalan depan, seperti yang terletak di Pulau Natuna yang berbatasan dengan Laut China Selatan.
Baca Juga: 23 Kapal Tiongkok Terpantau di Laut Filipina Barat, Filipina Izinkan AS Perluas Pangkalan Perang!
Dibandingkan dengan baterai asam timbal, LIBs juga memerlukan perawatan yang jauh lebih sedikit dan memberikan umur layanan yang lebih lama sekitar 40%.
Selain itu, konfigurasi LIBs lebih konsisten dengan rencana Naval Group dan perusahaan pembangunan kapal milik negara Indonesia, PT PAL, untuk, sebagai bagian dari kesepakatan Scorpene, mendirikan Laboratorium Riset Energi di Indonesia dengan fokus pada pengembangan teknologi energi kapal selam masa depan.
Jika semuanya berjalan lancar, LIBs untuk batch kedua dan selanjutnya dari Scorpene Evolved yang mungkin dibeli dan dibangun oleh Indonesia di masa depan akan berasal dari laboratorium ini.