Kudeta Militer di Rusia, Dinas Keamanan Rusia Desak Pasukan Wagner Tinggalkan Prigozhin

24 Juni 2023, 17:00 WIB
Panglima Pasukan Rusia di Ukraina Jenderal Sergei Surovikin saat mengunjungi Markas Besar Pasukan Rusia untuk Ukraina, di sebuah lokasi yang disebutkan di Rusia, dalam foto yang dirilis pada 17 Desember 2022. ANTARA/Sputnik/Gavriil Grigorov/Kremlin via REUTERS. /

ZONA SURABAYA RAYA - Situasi darurat terjadi di Rusia. Keadaan ini dipicu oleh terjadinya upaya kudeta militer oleh organiasi militer Wagner Group atas perintah pimpinan mereka, Yevgeny Prigozhin.

Dinas Keamanan Rusia (FSB) sudah memerintahkan para pasukan Wagner untuk mengabaikan Prigozhin.

Sementara itu salah satu komandan Rusia juga meminta agar pasukan Wagner setia pada Putin.

Kemarahan Prigozhin tersebut dikarenakan ia merasa para petinggi militer membunuh pasukannya. Menurut Prigozhin jumlah pasukannya yang dibunuh sekitar 2000 orang.

Baca Juga: Terbaru, Tersiar Kabar Kudeta Militer di Rusia, Keamanan Ditingkatkan

Prigozhin juga tanpa segan mengatakan kebohongan petinggi militer menjadi dasar invasi Rusia ke Ukraina.

Prigozhin sendiri pernah menjadi sekutu Putin ketika Putin memutuskan untuk menyerbu Ukraina sejak bulan Februari 2022 lalu.

Baca Juga: Gawat, Komisaris HAM Tinggi PBB Nyatakan Kekerasan Di Tepi Barat, Palestina Beresiko Tak Terkendali

Namun dengan adanya kabar kudeta Wagner ini, artinya telah terjadi perpecahan di pihak Rusia.

Invasi Rusia ke Ukraina sendiri sampai sekarang berhasil menduduki dua kota di Ukraina bagian timur yakni Lughansk dan Donetsk.

Ukraina sendiri berkali-kali meminta Rusia untuk keluar dari wilayahnya.

Sementara itu, bantuan persenjataan kepada Ukraina terus berdatangan dari barat, terkhusus negara-negara anggota NATO.

Sedangkan negara-negara seperti Tiongkok dan Korea Utara memiliki kecenderungan untuk berada di belakang Rusia.

Tindakan Rusia yang melakukan serangan ke Ukraina ini sempat memicu kekhawatiran Perang Dunia III. Apalagi Putin meletakkan beberapa senjata nuklir ke Belarusia.

Baca Juga: Baru Sepakat Berdamai, Presiden AS Joe Biden Sudah Bikin Tiongkok Ngambek, Sebut Xi Jinping Diktator

Presiden Belarusia, Aleksandr Lukhasenko sendiri memang sedari awal berada di pihak Putin.

Lalu menyikapi konflik Rusia-Ukraina, NATO telah menunjukkan dukungannya kepada Ukraina, namun tidak ikut menerjunkan pasukannya menghadapi Rusia, karena Ukraina belum sah menjadi anggota NATO.

Baca Juga: CEO OceanGate Pernah Nyatakan Gunakan Pengendali Video Game untuk Gerakan Kapal Selam Titan

Kemudian Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky masih percaya diri dalam menghadapi Rusia karena dukungan negara-negara barat.

Terbukti Zelensky masih berkeinginan agar Ukraina diterima secara sah menjadi anggota NATO meskipun menghadapi gempuran Rusia.

Agaknya NATO masih sulit untuk melanjutkan pengajuan Ukraina menjadi anggota baru mereka mengingat saat ini Ukraina masih terlibat perang dengan Rusia.

Ditambah lagi, NATO cenderung tidak mau berkonflik langsung dengan Rusia, sebab khawatir Rusia akan menggunakan nuklirnya apabila konflik itu terjadi. ***

Editor: Rangga Putra

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler