Baca Juga: Demam Harbolnas 11.11, Dikecam Koran China Penyembahan Terhadap Omzet
"Lho jangan mbah, mbah jualan kopi kan untuk cari uang. Kalau saya gak bayar mbah nanti rugi," ucapku.
Baca Juga: Demam Harbolnas 11.11, Dikecam Koran China Penyembahan Terhadap Omzet
"Lho jangan mbah, mbah jualan kopi kan untuk cari uang. Kalau saya gak bayar mbah nanti rugi," ucapku.
Aku kasian melihat si mbah yang sudah sepuh harus berjualan sendiri sampai malam, apalagi warungnya terlihat sepi.
"Sudah dibawa aja uangnya. Semoga sehat terus ya nak, yang sabar menghadapi hidup. Yang kuat, kalau tidak kuat ya dikuat kuatkan menghadapi ujian dari Gusti Allah. Yakin dan sabar nak, kalau sabar pasti kita akan diberi kemudahan sama Gusti Allah," tutur si mbah panjang lebar.
"Makasih mbah, atas semua nasehatnya. Semoga si mbah juga selalu sehat dan panjang umur ya. Saya pamit dulu ya mbah," ucapku sementara si mbah tampak tersenyum sambil menganggukkan kepala.
Tidak lama kemudian, aku bergegas keluar warung si mbah menuju motor yang aku parkir di depan warung. Namun sebelum aku meninggalkan warung si mbah, aku melihat beberapa orang datang, memakai baju muslim warna putih namun beberapa diantaranya terlihat kotor, terlihat juga 2 orang wanita yang memakai mukena.
Mereka memandangiku dari atas sampai ke bawah. Mungkin mereka heran melihat perempuan jam segini keluar dari warung? Pikirku dalam hati.
Tapi karena rasa lelah mengalahkan rasa heranku, segera aku menyalakan motor, kemudian menganggukkan kepala pada mereka dan segera berlalu.
Esoknya, setelah duhur aku baru keluar rumah. Kebetulan ada permintaan mengambil barang di daerah Surabaya Barat, dekat dengan warung tempatku ngopi semalam.
Editor: Julian Romadhon
Sumber: Kisah nyata Imelda Koesprobowati, driver ojek online