Jenius ilmiah mendukung klaim ahli virologi terkemuka lainnya setelah mempelajari konstituen vaksin.
“Mereka semua akan mati karena peningkatan yang bergantung pada antibodi. Tidak ada lagi yang bisa dikatakan.”," tulis narasi pesan tersebut.
Baca Juga: Mensos Risma: Kemensos Tambah Bansos Extra dan Beras 3 Kg
Lantas, benarkah informasi yang disebutkan dalam pesan tersebut? Ternyata ada yang salah dalam informasi itu.
Ini diketahui dari hasil penelusuran Turnbackhoax. Disebutkan, tidak ada pernyataan dari ahli virologi dan peraih hadiah Nobel bidang Kedokteran dan Fisiologi asal Prancis, Luc Montagnier, dalam berita yang dilampirkan pada pesan yang beredar di WhatsApp itu.
“Kedua, Mogtagnier tidak mengatakan bahwa setiap orang yang menerima vaksin eksperimental Covid-19 akan “mati semuanya” dalam dua tahun. Kutipan itu secara keliru dikaitkan dengannya dalam meme berita palsu yang telah beredar secara luas,” kata Celeste McGovern, penulis berita yang terbit pada 19 Mei 2021.
Baca Juga: PPKM Darurat Dilonggarkan Mulai 26 Juli 2021, Ini Aturan untuk Restoran, PKL dan Pasar Tradisional
Satu hal lagi yang dikoreksi terkait pernyataan Montagnier. Dalam berita itu Montagnier menyatakan vaksinasi massal melawan Covid-19 menyebabkan terciptanya varian virus berbahaya yang mendorong kepada kematian.
Namun, keterangan itu dibantah Peter Stoilov, PhD. Dia ini seorang profesor biokimia yang memimpin upaya pengurutan varian SARS CoV-2 di West Virginia, Amerika Serikat.