Tim Ilmuwan Tiongkok Temukan Fosil Baru Mamalia Terbesar di Dunia, Nenek Moyang Badak Modern

18 Juni 2021, 09:15 WIB
Ilustrasi Paraceratherium linxiaense. /TIM ILMUWAN TIONGKOK/

ZONA SURABAYA RAYA - Sebuah tengkorak berusia 26,5 juta tahun ditemukan di barat laut Tiongkok, baru-baru ini. Tengkorak itu telah diidentifikasi sebagai badak raksasa yang telah punah.

Badak sendiri diketahui merupakan salah satu mamalia terbesar yang pernah berkeliaran di daratan pada masa lampau.

Fosil yang ditemukan itu terawetkan dengan sangat baik. Setelah analisis mendalam, para ilmuwan menamakannya Paraceratherium linxiaense.

Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun Persebaya, Bonek Nekat Padati Jalan Surabaya

Temuan itu dipublikasikan melalui jurnal ilmiah Communication Biology, Jumat, 18 Juni 2021, waktu Indonesia.

Paraceratherium linxiaense sendiri adalah spesies keenam dari genus badak tak bertanduk yang ditemukan di Eurasia.

Kendati begitu, sulit untuk menyimpulkan ukuran pasti binatang itu dari tengkoraknya saja.

Tengkorak Paraceratherium linxiaense. | Ilmuwan Tao Deng

Tetapi fosil Paraceratherium lainnya menunjukkan bahwa makhluk ini pernah berdiri dengan empat kaki yang sangat kurus seperi jerapah.

Tinggi dari tanah ke bahu ada sekitar 4,8 meter. Saat ini, badak modern paling tinggi diketahui hanya 2 meter saja. Kebanyakan lebih rendah dari itu.

Walau tak tinggi-tinggi amat layaknya dinosaurus, massa Paraceratherium linxiaense membuatnya sebagai raksasa daratan sejati.

Diperkirakan massanya mencapai 11 hingga 20 ton - kira-kira sama dengan gabungan tiga hingga lima gajah Afrika.

Dilihat dari tengkorak kawanan besar ini, para peneliti berpikir P. linxiaense bisa menjadi badak raksasa terbesar dalam genusnya (walaupun tim tidak memberikan dimensi objektif).

Jejak fosil membuat para ilmuwan berpikir badak raksasa pernah bermigrasi dari Dataran Tinggi Mongolia, ke barat laut Cina dan Kazakhstan, dan turun ke Pakistan, kemungkinan melalui Tibet.

"Temuan ini meningkatkan kemungkinan bahwa badak raksasa bisa melewati wilayah Tibet sebelum menjadi dataran tinggi seperti sekarang ini," pernyataan tim ilmuwan dalam hipotesis mereka dalam jurnal ilmiah Communication Biology.

"Dari sana, mungkin telah mencapai anak benua India-Pakistan pada zaman Oligosen, di mana spesimen badak raksasa lainnya telah ditemukan."

Paraceratherium linxiaense (tiga dari kiri)

Baca Juga: Harga Emas 24 Karat Hari Ini Anjlok! Turun Rp12.000 pada Jumat 18 Juni 2021

Saat ini, badak dikenal karena culanya. Tetapi sebenarnya, cula itu tumbuh karena evolusi yang cukup lama. Kebanyakan nenek moyang badak tidak memilikinya.

Faktanya, untuk waktu yang lama, badak purba menyerupai tapir, yang terlihat seperti babi hutan dengan badan yang kekar.

Paraceratheriums adalah subfamili dari keluarga super Rhinocerotoidea, yang termasuk dalam badak modern. ***

Editor: Gita Puspa Ningrum

Sumber: Science Alert

Tags

Terkini

Terpopuler