Network
Selain itu, jika memasak menggunakan kayu bakar maka aromanya akan lebih terasa.
Ketika tiba di warung tersebut, pengunjung bisa melihat kondisi bangunan yang semuanya masih menggunakan kayu.
Menurut Bu Jami, proses memasak masih tetap mempertahankan olahan bumbu masakan jaman dulu atau dengan ciri khas masakan pedesaan.
Caranya yaitu dengan digoreng menggunakan kayu bakar dan sebuah tungku tradisional.
Tentunya memiliki alasan tersendiri yakni agar proses penggorengannya lebih sempurna dan aromanya berbeda jika menggunakan kompor gas.
Setiap harinya, warung ini bisa menghabiskan 25 sampai 30 ekor ayam. Warung ini buka setiap hari mulai pukul 15.00 WIB sampai 03.00 WIB.
Baca Juga: Bakso Sayur dekat UM, Langganan Mahasiswa dan Gratis Ambil Sayur Sepuasnya
Lokasi warung ini tak jauh dari makam ulama Gus Miek. Pengunjung yang datang dari luar kota yang datang larut malam yang hendak berziarah ke makam ulama tersebut biasanya mampir sejenak untuk mencicipi ayam pedesan ini.
Selain dikenal karena rasanya yang enak, warung ini juga terkenal karena gencarnya informasi yang beredar di media sosial yang secara langsung sangat berpengaruh terhadap pengunjung yang datang.
