Pawai Ogoh-Ogoh Ramai Digelar, Ketahui Sejarah Kemunculan dan Maknanya

21 Maret 2023, 16:15 WIB
Umat Hindu mengarak ogoh-ogoh saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau Car Free Day di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (12/3/2023). Kegiatan tersebut untuk menyambut Hari Raya Nyepi 1945 (2023) sekaligus merayakan HUT ke-55 Lembaga Kesenian Bali Saraswati//ANTARA FOTO/Muhammad /

 

ZONA SURABAYA RAYA - Sejumlah pawai ogoh-ogoh telah digelar di berbagai daerah sebegai rangkaian menyonsong Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945. Namun apakah kalian sudah mengetahui makna yang dari pawai Ogoh-Ogoh?

Lalu bagaimana sejarah lengkap hadirnya ogoh-ogoh sebagai tradisi?

Jika belum, baiknya kalian simak artikel berikut ini dengan seksama.

Baca Juga: Tetap Bertahan dan Pantang Menyerah di Tengah Pandemi, Grand Whiz Hotel Trawas Rayakan 28 Tahun Anniversary

Pawai ogoh-ogoh merupakan tradisi masyarakat Bali menjelang Hari Raya Nyepi.

Tradisi Ogoh-Ogoh umumnya digelar saat Pengerupukan. Pengertian Pengerupukan adalah satu hari sebelum perayaan Nyepi.

Ogoh-ogoh termasuk ke dalam seni patung dan mengilustrasikan kepribadian dari Bhuta Kala.

Sejarah Kemunculan Ogoh-Ogoh

Terdapat beragam versi yang menyatakan kemunculan tradisi Ogoh-Ogoh.

Ada yang mengatakan bahwa Ogoh-Ogoh berasal dari Tradisi Ngusaba  Ngong-Nging, digunakan dalam upacara pitra yadnya, atau perwujudan dari Raja Jaya Pangus dan Putri Kang Cing Wei yang buruk rupa dan menyeramkan.

Baca Juga: Wisata Religi Ramadhan 2023: Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya, Masjid Pertama Muslim Tionghoa

Kemajuan zaman membuat tradisi Ogoh-Ogoh menjadi diminati dan mendapatkan banyak perhatian dari para turis.

Ogoh-ogoh adalah sebuah boneka raksasa yang umumnya mengilustrasikan Bhuta Kala ataupun roh-roh jahat.

Umumnya pembuatan Ogoh-ogoh dilakukan oleh pemuda daerah setempat dan memakan waktu berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum acara.

Proses pembuatan ogoh-ogoh memakan waktu yang lama karena memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi. Pembuatan Ogoh-ogoh memakan biaya yang tidak sedikit setiap tahunnya.

Awalnya Ogoh-ogoh dibuat dengan bahan kayu dan bamboo untuk rangkanya lalu dibungkus dengan menggunakan kertas.

Seiring waktu berjalan ogoh-ogoh lantas dibuat dengan bahan besi dan bambu.

Bahan-bahan tersebut lantas dibentuk menjadi anyaman yang berfungsi sebagai rangka. Setelahnya rangka ogoh-ogoh tersebut dibungkus menggunakan gabus atau stereofoam.

Tahapan terakhir pembuatan ogoh-ogoh lalu dicat.

Makna Pawai Ogoh-Ogoh

Pawai Ogoh-Ogoh menyimpan makna tersendiri. Lebih dalam lagi, pawai Ogoh-Ogoh merupakan penggambaran dari sifat negative manusia. Pawai Ogoh-Ogoh lantas diarak keliling desa atau dapat juga dipentaskan.

Dalam proses pawai tersebut orang-orang yang terlibat didalamnya umumnya memikul Ogoh-Ogoh sembari meminum arak.

Hal tersebut menjadi penggambaran buruk sifat manusia.

Setelah dipikul untuk diarak keliling desa pawai diakhiri dengan pembakaran Ogoh-Ogoh sampai tak bersisa. Pawai Ogoh-Ogoh umumnya diadakan dari sore sampai dengan malam hari.

Filosofi dari pawai Ogoh-Ogoh itu sendiri adalah sebagai upaya manusia untuk menjaga kelestarian alam dan sumber daya yang tersedia di dalamnya.

Sebagai tambahan informasi selain digambarkan sebagai Bhuta Kala, Ogoh-ogoh  kerap kali juga mengilustrasikan mahluk-mahluk yang hidup di Mayapada, Syurga, dan Naraka.***

Editor: Timothy Lie

Sumber: badungkab.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler