Sekitar pukul 14.12, postingan tersebut mendapatkan respon dari akun Command Center 112 Surabaya dan mengatakan sebagai berikut.
"Halo kak mohon maaf untuk yang bersangkutan sudah dilakukan pengecekan oleh petugas pada pukul 09.40 WIB di dalam kamar kosnya dan dalam kondisi sudah meninggal dunia," tulis Command Center 112.
Mental Health dan Toxic Masculinity
Peristiwa ini pun menuai perhatian para netizen dan mereka pun kompak untuk menyuarakan pentingnya mental health, kepedulian sesama manusia, dan toxic masculinity.
"Innalilahi wa innailaihi rojiun, sebuah tamparan, kita semua gagal menyelamatkan, karena kita gak terlalu peduli, karena kita terlalu banyak berdebat Apakah yang bersangkutan ini caper, tidak beriman, atau butuh bantuan. Kalau sudah begini, Apakah kalian sudah selesai debutnya?’ komentar dari akun @ravaindiarta
Banyak juga dari komentar netizen yang menyinggung mental health dan toxic masculinity. Jika membicarakan dua hal ini agaknya memang saling berhubungan.
"Apalagi bagi seorang lelaki, di tubuhnya melekat stigma ‘lelaki harus kuat, lelaki gak boleh nangisan.’ Stigma itu agaknya sudah gak relevan dengan kondisi sekarang dan harus dihapuskan," tutur warganet.
"Stigma cowok selalu kuat & tegar ini yang kudu dihilangkan. Kalau lu sudah merasa gak kuat, ngobrol sama temen, nangis pun wajar," Tulis akun @lucutanpagaris
"Saat kamu mengikuti stigma tersebut, kamu akan terluka, terkungkung dan ujungnya mental mu gak sehat. Rasa itu gak ada sangkut paut dengan gender. Apapun gender mu dan apapun rasa yang lagi kamu rasakan itu valid," timpal netizen lainnya. ***