Hari Pahlawan, Ini Alasan Kota Surabaya Disebut Kota Pahlawan

- 9 November 2021, 17:05 WIB
Tugu Pahlawan di Surabaya, dibalik alasan tanggal 10 November diperingati sebagai Hari pahlawan.
Tugu Pahlawan di Surabaya, dibalik alasan tanggal 10 November diperingati sebagai Hari pahlawan. /Tangkap layar Instagram/@museumsepuluhnopember.site/

ZONA SURABAYA RAYA - Hari Pahlawan di Indonesia sangat lekat dengan pertempuran pada 10 November 1945 atau yang juga dikenal dengan pertempuran Surabaya. Kala itu, para arek-arek Suroboyo berada di garis depan melawan sekutu.

 

Kala itu, terjadi sebuah pertempuran dahsyat antara pahlawan Indonesia dengan para penjajah Belanda. Pertempuran ini termasuk pertempuran terbesar dalam sejarah revolusi nasional Indonesia.

 

Pasukan sekutu datang ke Indonesia setelah mendeklarasikan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945, berisi pasukan Inggris dan Belanda. Kedatangan ini untuk melucuti tentara Jepang di Indonesia. 

 

Kota yang terletak ditimur laut Pulau Jawa ini memiliki pelabuhan Tanjung perak menjadi pintu masuknya saudagar ataupun pedagang yang ingin masuk ke Surabaya, termasuk para penjajah ini.

 

Ketika para tentara Belanda datang bersama tentara Inggris, para arek-arek Suroboyo dan sekitarnya pun tidak terima.

 

Kedatangan mereka saat itu bukan hanya untuk melucuti tentara Jepang, tapi juga ingin kembali berkuasa atas bangsa Indonesia.

 

Ketika bendera Belanda kembali berkiar di atap Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit), Surabaya, tepatnya pada 19 September 1945, terjadi kemarahan yang mengakibatkan penyobekan warna biru pada bendera Belanda. 

 

Hal ini menjadi pemicu pertempuran Surabaya. Perobekan bendera Belanda yang menyisakan warna merah dan putih ini adalah salah satu aksi simbolis yang dilakukan masyarakat untuk menyatakan Indonesia telah merdeka. Selain itu, hal tersebut juga menjadi pernyataan atas sikap masyarakat Indonesia dalam melawan penindasan penjajah.

Aksi tersebut berujung pada perundingan dan perintah dari Presiden Soekarno untuk gencatan senjata pada 29 September 1945. 

Suasana kembali memanas yang berujung pada bentrokkan tanggal 30 Oktober yang menyebabkan tewasnya pemimpin tentara Inggris di Jawa Timur, Brigadir Jenderal Mallaby.

Inggris pun akhirnya mengeluarkan ultimatum agar semua rakyat Surabaya menyerahkan senjata dan menghentikan perlawanan sebelum pukul 6 tanggal 10 November.

Namun rakyat Surabaya tidak menyerah dengan didukung oleh para tokoh pemuda dan pergerakan saat itu. Semangat perlawanan ini ditandai dengan semboyan ‘Merdeka atau Mati’ di kalangan pejuang di Surabaya.

Pada pertempuran 10 November itulah Belanda dinyatakan kalah. Kemenangan pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan ini kemudian diperingati sebagai hari Pahlawan.

Peristiwa ini kemudian diabadikan dengan peringatan hari Pahlawan. Kota Surabaya yang menjadi lokasi pertempuran saat itu juga mendapat julukan sebagai kota Pahlawan

Tugu pahlawan di kota Metropolis ini dibangun sebagai ikon perjuangan para pahlawan yang berhasil memukul mundur pasukan Sekutu. Kota ini pun kemudian disebut sebagai kota Pahlawan.

Selain itu, Kota Surabaya juga identik dengan patung yang berdiri di tengah kota, yakni patung ikan dan buaya. Berdasar cerita rakyat yang dipercaya secara turun temurun, diketahui ikan tersebut adalah ikan 'Sura' dan 'Buaya'. 

Awalnya kedua hewan ini bersahabat, namun terjadi perkelahian karena perebutan kekuasaan.

Bangkai Sura dan Baya pun terdampar di suatu pantai dan ditemukan oleh masyarakat. Konon, orang-orang tersebut mengatakan Sura-Baya, sehingga kota ini juga dinamakan Surabaya.***

Editor: Julian Romadhon


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah