Inovasi Pencegahan Stunting dari Remaja Hingga Balita, Surabaya Turunkan Angka Stunting Sampai Nol Kasus

12 Februari 2024, 20:00 WIB
Inovasi Pencegahan Stunting dari Remaja Hingga Balita, Surabaya Turunkan Angka Stunting Sampai Nol Kasus /Pemkot Surabaya

ZONA SURABAYA RAYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berhasil menurunkan angka stunting secara signifikan hingga mencapai nol kasus di beberapa wilayah kelurahan.

Dengan pendekatan holistik dan intervensi yang menyeluruh, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya memperlihatkan pola pencegahan dan penanganan yang berhasil meraih hasil menggembirakan.

Pola penanganan yang dilakukan Pemkot Surabaya terbilang komprehensif, dimulai dari remaja hingga balita.

Baca Juga: Penertiban APK Saat Masa Tenang Pemilu 2024, Satpol PP Surabaya Kerahkan 35 Truk Angkut

Kepala Tim Kerja Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinkes Kota Surabaya, Sri Lestari, mengungkapkan bahwa intervensi dimulai dari remaja dengan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD), yang memastikan kesehatan gizi sejak dini.

Bahkan, pendampingan intensif diberikan saat mereka memasuki masa pernikahan.

"Kami memberikan intervensi TTD kepada remaja untuk memastikan gizinya baik saat menjadi calon pengantin. Kemudian, saat menjadi calon pengantin, kami dampingi dan memberikan intervensi MMS (Multiple Micronutrient Supplement)," jelas Sri Lestari.

Pemeriksaan rutin juga dilakukan kepada calon pengantin untuk memastikan kesehatan dan status gizi mereka.

Baca Juga: Belum Banyak yang Tahu Bagaimana Cara Menghasilkan Uang Melalui IG Reels, Ini Bocorannya

Langkah ini, dipertegas Sri Lestari, sebagai bagian dari persiapan sebelum pernikahan, dengan harapan kondisi tubuh yang sehat bagi kedua calon pengantin.

Selanjutnya, intervensi dilakukan selama masa kehamilan dengan pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK), memastikan bahwa bayi yang dikandung akan lahir dalam kondisi sehat dan terhindar dari stunting.

Di sisi lain, Dinkes Surabaya juga fokus pada balita yang masuk kategori rawan stunting, yang dapat teridentifikasi sejak lahir.

Baca Juga: Cara Mengajukan Pinjol Melalui HP Langsung Cair, Simak Langkahnya

Pemeriksaan dilakukan berdasarkan berat badan dan tinggi badan, dimana balita dengan berat kurang dari 2,5 kilogram atau tinggi kurang dari 48 sentimeter masuk dalam kategori rawan stunting.

Ketika kasus stunting ditemukan, Pemkot Surabaya langsung berfokus pada perbaikan gizi balita melalui Pemberian Makanan Tambahan, serta memberikan intervensi kepada orang tua melalui Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH), menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang optimal anak.

Hasil dari pendekatan ini terlihat nyata dalam data, dimana prevalensi stunting di Kota Surabaya turun secara dramatis dari 6.722 kasus pada tahun 2021 menjadi 279 kasus pada akhir tahun 2023.

Bahkan, beberapa wilayah kelurahan di Surabaya berhasil mencapai status zero balita stunting, seperti Kelurahan Nginden Jangkungan.

Baca Juga: Inovasi Terbaru Pemkot Surabaya, Parkir Tanpa Tunai Menggunakan Qris, Berlaku Mulai Hari Ini

Kepala Dinkes Kota Surabaya, dr. Erlina Burhan, menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam upaya mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal.

"Komitmen bersama dari berbagai pihak menjadi kunci kesuksesan dalam meraih pencapaian yang membanggakan ini," tambahnya.

Dengan pendekatan holistik dan komprehensif dalam pencegahan dan penanganan stunting, Surabaya menegaskan posisinya sebagai salah satu kota yang berkomitmen dalam memajukan kesehatan masyarakat dan menciptakan generasi yang lebih sehat dan berkualitas.***

Editor: Timothy Lie

Sumber: Pemkot Surabaya

Tags

Terkini

Terpopuler