Mantan Menteri Orba Harmoko Meninggal, Begini Jejaknya di Dunia Wartawan hingga Minta Soeharto Mundur

- 5 Juli 2021, 07:58 WIB
Berikut ini biodata lengkap Harmoko sebelum meninggal dunia, mulai dari jurnalis hingga menjadi Menteri Penerangan era Soeharto
Berikut ini biodata lengkap Harmoko sebelum meninggal dunia, mulai dari jurnalis hingga menjadi Menteri Penerangan era Soeharto /Tangkapan Layar Twitter.com/@KRMTRoySuryo2/


ZONA SURABAYA RAYA - Mantan Menteri Penerangan di era pemerintahan Presiden Soeharto Harmoko bin Asmoprawiro meninggal dunia di usia 82 tahun pada Minggu 4 Juli 2021, pukul 20.22 WIB. Banyak jejak dan kenangan yang ditorehkan Harmoko.

Di masa Orde Baru (Orba), Harmoko menjabat sebagai Menteri Penerangan selama 14 tahun. Pria kelahiran Patianrowo, Nganjuk, Jawa Timur, 7 Februari 1939 itu juga pernah menjadi Ketua Umum Golongan Karya (Golkar) hingga Ketua MPR/DPR di pengujung era kepemimpinan Soeharto.

Dirangkum dari berbagai sumber, karir Harmoko moncer diawali sebagai jurnalis hingga dia terpilih sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Pada permulaan tahun 1960-an, setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas, ia bekerja sebagai wartawan dan juga kartunis di Harian Merdeka dan Majalah Merdeka.

Baca Juga: Mengenang Mantan Menteri Orba Harmoko, Bamsoet: Dia Politisi Senior, Guru Sekaligus Panutan

Pada tahun 1964 ia bekerja juga sebagai wartawan di Harian Angkatan Bersenjata, dan kemudian Harian API pada 1965. Pada saat yang sama, ia menjabat pula sebagai pemimpin redaksi majalah berbahasa Jawa, Merdiko (1965).

Pada tahun berikutnya (1966-1968), ia menjabat sebagai pemimpin dan penanggung jawab Harian Mimbar Kita. Tepat pada 16 April 1970 bersama rekan-rekannya, Harmoko mendirikan Harian Pos Kota

Jejak pergulatannya di dunia wartawan selama 23 tahun, membuat Presiden RI kedua Soeharto mengangkatnya sebagai Menteri Penerangan. Ia menjadi Menteri Penerangan pada era Orde Baru selama tiga periode berturut-turut, dari tahun 1983 hingga tahun 1997.

Karir politiknya juga cukup kuat. Harmoko pernah menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar selama lima tahun sejak tahun 1993.

Baca Juga: Mantan Bupati Gresik Sambari Halim Dikabarkan Meninggal Dunia, Cek Faktanya

Semasa Soeharto berkuasa, Harmoko dikenal sebagai pencetus ide Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa) yang berfungsi untuk menyampaikan informasi dari pemerintah ke publik.

Harmoko pun dinilai berhasil memengaruhi hasil pemilihan umum (Pemilu) melalui apa yang disebut sebagai "Safari Ramadhan". Sebagai Ketua Umum Golkar, Harmoko dikenal pula sebagai pencetus istilah "Temu Kader".

Namun Harmoko juga menjadi sosok kontroversial. Pasalnya, Harmoko dianggap sebagai sosok dibalik pembredelan Majalah Tempo, DeTik, dan Editor.

Setelah tak menjabat menteri, Harmoko menjadi Ketua MPR RI yang sekaligus meminta Soeharto mundur dari jabatan presiden karena desakan rakyat Indonesia yang saat itu sedang krisis moneter (krisis).

Baca Juga: CASN-CPNS 2021: Ingin Gaji Rp5 Juta di Pemkot Surabaya? Ini Rincian Lowongan untuk Diploma hingga Sarjana

Saat itu tanggal 18 Mei 1998. Harmoko mengeluarkan keterangan pers dan meminta supaya Presiden Soeharto mundur.

“Demi persatuan dan kesatuan Bangsa pimpinan DPR baik Ketua maupun Wakil Ketua, mengharapkan presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana,” kata Harmoko kala itu.

Hal tersebut yang membuat ketegangan antara keluarga Cendana Soeharto dan Harmoko. Kabarnya, mereka tidak pernah bertatap muka lagi hingga tahun 2008. Harmoko menjenguk Soeharto di RSPP dan menjadi pertemuan yang terakhir sebelum Soeharto meninggal.

Di Era Reformasi, nama Harmoko tak begit kelihatan di kancah publik. Namun ia masih menulis kolom di Pos Kota. Pada tahun 2016, Harmoko mengalami penurunan kesehatan karena kerusakan saraf motorik otak belakang.

Baca Juga: Disumbang Rp 1 Miliar oleh Pengusaha Muda Doni Salmanan, Youtuber Reza Arap Pernah Ngaku tak Punya Agama

Hingga kemudian tersiar kabar, bahwa Harmoko meninggal dunia pada Minggu malam, 4 Juli 2021. "Harmoko adalah politisi senior, guru sekaligus panutan banyak kader Partai Golkar," kata Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo dikutip Senin, 5 Juli 2021, menangapi wafatnya Harmoko.

Politisi yang akrab disapa Bamsoet ini mengatakan dirinya dan semua kader Partai Golkar merasa kehilangan atas wafatnya Harmoko. "Partai Golkar kehilangan kembali putra terbaiknya Harmoko bin Asmoprawiro," cetus Bamsoet. ***

Editor: Ali Mahfud

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah