Disabilitas Berkarya Surabaya Hadirkan Pameran Foto, Unicef:Kolaborasi menjadi kunci

- 4 Desember 2021, 18:25 WIB
Pengunjung melihat karya anak Disabilitas di Joglo Merah Putih Surabaya
Pengunjung melihat karya anak Disabilitas di Joglo Merah Putih Surabaya /Zona Surabaya Raya/Julian Romadhon

ZONA SURABAYA RAYA –Ada sebanyak 22 karya anak-anak berkebutuhan khusus yang tergabung dengan Disabilitas Berkarya ditampilkan dalam Pameran Foto yang diselenggarakan Unicef dan Akatara Jurnalis Sahabat Anak (JSA) bersama Disabilitas Berkarya di Waroeng Joglo Merah Putih, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu 4 Desember 2021.

Melihat sejumlah karya foto dari lima anak berkebutuhan khusus yang tergabung di Disabilitas Berkarya tersebut seperti melihat sisilain apa yang mereka rasakan.

Karya-karya tersebut selain bisa dilihat di pameran di Joglo Merah Putih juga bisa dilihat di IG Disabilitas Berkarya dan karya-karya yang dihasilkan sungguh mengagumkan.

Pameran diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Disabilitas Internasional yang diperingati setiap tanggal 3 Desember 2021. Kelima fotografer yaitu Pina, Kiking, Mukidi, Omay dan Jacky menampilkan kebiasan di era kenormalan baru di mana kita sekarang wajib untuk memakasi masker, mencuci tangan hingga menjaga jarak. Kelima anak yang tinggal di Liponsos Kalijudan ini mengabadikan peristiwa di sekitar mereka.

Baca Juga: Api Melalap Rumah Dua Lantai Penjual Roti di Kawasan Kenjeran Surabaya

Perlu diberikan pujian yang luarbiasa, karena karya-karya mereka tersebut menampilkan visual yang bersifat personal dan berani.

Perlu diketahui kelima anak dari Disabilitas Berkarya merupakan penghuni sebuah tempat yang dibangun oleh pemerintah Kota Surabaya untuk anak-anak yang terlantar, atau yang lebih akrab dikenal Lingkungan Pondok Sosial (LPS) Kalijudan, Surabaya, Jawa Timur.

Diketahui dari kelima anak tersebut, satu penyandang down syndrome dan empat penyandang bisu tuli.

Pembina Disabilitas Berkarya, Leo Gemati mengatakan kelima fotografer spesial ini sudah mengenal fotografi sejak tahun 2016.

"Dimulai dengan coba-coba memotret menggunakan kamera ponsel, ternyata mereka menunjukkan bakat dan kemampuan di bidang fotografi" lanjutnya.

Baca Juga: Kabar Baik Penikmat Online Shop, Ada Diskon Ekstra Belanja 100 Ribu, Buruan Kunjungi Situsnya

"Dari sana para pembina melihat bahwa anak-anak ini memiliki kemampuan" kataya.

"Saat ini, selain kamera ponsel, Pina, Kiking, Mukidi, Omay dan Jacky juga menggunakan kamera pocket, DSLR serta mirrorless" kata Leo.

"Mengajari anak-anak ini mengoperasikan kamera diakui Leo bukan perkara mudah. Komunikasi tentu menjadi kendala. Apalagi empat dari lima orang anak ini menderita tuna rungu dan wicara" ucapnya saat di cumpai di sela-sela pameran, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu 4 Desember 2021.

”Mereka nggak bisa mengerti omongan saya. Sedangkan saya tidak bisa bahasa isyarat. Jadi ya agak susah. Tapi akhirnya kami bisa saling paham,” kata Leo.

Baca Juga: Video Medsos Rela Donor Ginjal, Pesan Ust. Hanan Attaki: Cintailah Karena Allah

Hasil karya seni fotografi anak-anak ini sudah mendapat pengakuan. Saat workshop Fotografi yang diadakan Unicef tahun 2019 silam, fotografer asal Italia, Giacomo Pirrozi memberikan apresiasi pada karya Kiking dan Mukidi dan menganugerahi mereka gelar the best team. Bahkan karya Kiking yang memotret seorang pedagang di Pasar Keputran terpilih untuk dipamerkan di Gedung Gurzenich, Jerman.

Sementara, CFO Unicef Surabaya, Ermi Ndoen menuturkan, menjadi Penyandang Disabilitas tidak berarti membuat seseorang berhenti berkarya.

”Hari ini melalui cerita di balik lensa, Pina, Kiking, Mukid, Omay, Jacky, membuktikan hal itu. Kita semua bisa merasakan apa yang mereka rasakan di masa pandemi,” kata Ermi.

Ia melanjutkan, melalui karya foto yang dihasilkan kelimam fotografer ini kita bisa melihat kekhawatiran dan ada juga optimisme yang terus dibangun selama masa pandemi COVID-19. ”Mari bersama kita selalu berikan ruang untuk anak-anak disabilitas mereka dengan mendengarkan mereka agar mereka bisa selalu berkarya,” tutur Ermi.

Baca Juga: VIDEO: Gunung Semeru Erupsi, Warga Berhamburan

Karya anak-anak disabilitas ini diharapkan bisa menjadi pemantik bagi masyarakat dalam menjalani era kebiasaan baru.

”Setiap anak memiliki karya luar biasa. Mereka menunjukkan bahwa dengan keterbatasannya mereka bisa menampilkan foto-foto luar biasa,” ucapnya.

Menjaga hak-hak anak disabilitas ini membutuhkan kerja bareng. Tidak bisa hanya dilakukan oleh satu dua pihak saja.

”Kolaborasi menjadi kunci,” ujarnya.***

Editor: Julian Romadhon


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah