Konten Kreator Harus Menjadi Penghianat Jika Ingin Karyanya Mendapat Trafik

- 28 Juli 2021, 18:27 WIB
Ilustrasi kreator konten berbasis tulisan membuat sebuah artikel untuk media online
Ilustrasi kreator konten berbasis tulisan membuat sebuah artikel untuk media online /
ZONA SURABAYA RAYA - Pesatnya penyebaran akses internet membuat para konten kreator memiliki wadah untuk berkarnya. 
 
Sambutan dari pengguna internet di Indonesia yang juga haus akan konten hiburan menjadi sasaran tepat dalam menjalankan pekerjaan sebagai konten kreator.
 
Namun demikian persaingan  dalam dunia maya cukup ketat, tak hanya berhenti pada ide dan kemasan karya yang menarik.
 
Terdapat banyak aspek yang mempengaruhi sebuah konten agar bisa muncul pada halaman aplikasi para pengguna gadget.
 
 
Dalam hal ini adalah bagaimana caranya agar Google bisa membaca karya sang kreator sehingga menjadi trending dan mendapatkan trafik di dunia maya.
 
Kerapian tulisan dan pemilihan judul menjadi poin penting dalam menciptakan sebuah konten berbasis tulisan. Gramatika atau tatabahasa yang baik akan membuat pembaca merasa nyaman dalam menikmati sebuah karya tulisan.
 
Yusuf  Wijanarko, professional conten creator di salah satu media online mengatakan terkadang sebagai penulis, harus menghianati bahasa Indonesia kalau mau mendapat trafik pembaca.
 
"Ketika kita membuat sebuah konten tulisan, terkadang kita harus menghianati bahasa Indonesia, karena harus menyesuaikan dengan pertimbangan Google. Jadi KBBI dengan terpaksa dikesampingkan," kata Yusuf.
 
 
Apa yang dikatakan Yusuf sangat beralasan, mengingat karya tulisan yang dipublish ke internet, akan berhubungan dengan mesin kecerdasan buatan yang dikelola Google.
 
Dengan demikian jika ingin sebuah konten ramai pembaca, maka kreator harus sering mengamati SEO (Search Engine Optimization) atau serangkaian proses yang dilakukan secara sistematis yang bertujuan meningkatkan volume dan kualitas trafik kunjungan, melalui mesin pencari situs web tertentu  dengan memanfaatkan mekanisme kerja atau algoritma mesin pencari tersebut.
 
"Dengan kondisi seperti ini, maka mengikuti tren pembaca menjadi pilihan, meskipun kreator menjadi penghianat bahasa ketika membuat konten," tambah Yusuf.
 
SEO bisa menjadi trik kreator dalam menentukan diksi atau pemilihan kata yang gampang ditemukan oleh pembaca. Meskipun tak menutup kemungkinan pemilihan kata tersebut tidak sesuai dengan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). 
 
Contoh pada saat kreator menulis Iduladha, kata ini benar menurut KBBI namun tidak menjadi tren dalam pencarian Google.
 
Sebaliknya kata Idul Adha lebih populer dan banyak dicari di Google. 
 
 
Maka, guna mendapatkan trafik pembaca, kreator memilih memasukkan kata Idul Adha dalam konten tulisannya, meskipun secara KBBI kata tersebut bukan merupakan kata baku.
 
Jika mengacu pada ilmu jurnalistik penulisan naskah untuk platform media cetak, maka hal tersebut merupakan sesuatu yang haram. Karena sudah menyimpang dari akidah penulisan yang baik dan benar.
 
Namun pada era digital seperti saat ini, sebuah konten tak hanya statis pada aturan baku penulisan naskah. Tetapi juga memperhatikan bagaimana cara agar konten bisa tersalurkan oleh Google sehingga memiliki trafik pembaca yang besar.
 
Karena tujuan dari diciptakannya sebuah konten tulisan adalah untuk bisa dinikmati pembacanya, dengan haparan bisa menggugah dan mengubah si pembaca serta teredukasi dengan konten yang dihasilkan.***

Editor: Julian Romadhon


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah