ZONA SURABAYA RAYA – Lelah dan stress akibat suatu pekerjaan merupakan hal yang sering dialami banyak orang.
Terkadang seseorang selalu merasa lelah atau stres secara fisik dan mental saat menjalankan tugas pekerjaan yang serasa tidak ada akhirnya.
Hal tersebut bisa menyebabkan terjadinya Burnout, apabila terus dibiarkan akan berdampak buruk bagi seseorang yang mengalaminya.
Burnout merupakan gejala yang menunjukkan adanya stres tinggi dan biasanya berhubungan dengan pekerjaan.
Baca Juga: Bolehkah Puasa Syawal Tidak Genap Enam Hari? Lalu Apa Hukumnya
WHO sendiri sudah menetapkan burnout sebagai kondisi stres kronis. Kondisi ini biasanya dialami oleh orang-orang dengan tekanan pekerjaan yang tinggi.
Dilansir Zona Surabaya Raya dari laman siloamhospitals pada Jumat, 13 Mei 2022, berikut beberapa faktor risiko terjadinya Burnout.
1. Waktu kerja yang tidak masuk akal
Waktu kerja yang melebihi batas normal dapat memicu terjadinya burnout.
2. Kurangnya komunikasi yang baik serta dukungan dari atasan
Faktor komunikasi maupun dukungan dari atasan dan rekan kerja sangat berpengaruh akan kemungkinan timbulnya burnout pada pekerja.
3. Ketidakjelasan aturan pekerjaan yang berlaku
Hanya 60% dari pekerja mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, saat berekspektasi mengenai target, pekerja terkadang langsung merasa lelah membayangkan apa yang harus mereka lakukan.
4. Pengelolaan pekerjaan yang tidak baik
Ketika pekerjaan tidak dikelola dengan baik, seorang pekerja yang optimis pun dapat kehilangan harapan. Perasaan kewalahan atau kelelahan yang amat sangat dapat memicu burnout.
5. Adanya perlakuan yang tidak adil
Pekerja yang merasa diperlakukan tidak adil berisiko sangat tinggi mengalami burnout. Terdapat beberapa contoh perlakuan tidak adil antara lain kompensasi yang tidak sebanding dengan pengorbanan pekerja, serta faktor suka atau tidak suka.
Ada beberapa cara lain yang dapat dilakukan untuk mencegah burnout:
1. Mencari sisi positif dalam pekerjaan
2. Bersosialisasi dengan rekan kerja
3. Memastikan keseimbangan antara waktu pekerjaan dan keluarga
4. Memanfaatkan cuti
5. Melakukan konseling di mana Anda dapat mendapatkan solusi dari sudut pandang seorang spesialis.***