Dolly Riwayatmu Kini, Menengok Sejarah Prostitusi Ternama di Surabaya

7 Juli 2021, 13:18 WIB
Suasana doly di masa kejayaannya /Zona Surabaya Raya/Ist

ZONA SURABAYA RAYA -Siapa tak mengenal lokalisasi Dolly yang kini telah ditutup oleh mantan Wali Kota Tri Rismaharini.

Dolly atau warga lebih mengenal Gang Dolly adalah nama sebuah kawasan lokalisasi pelacuran yang terletak di daerah Jarak, Pasar Kembang, Kota Surabaya, Jawa Timur.

Kawasan yang terkenal hingga mancanegara ini yang sempat menyuguhkan wanita-wanita di dalam ruangan berdinding kaca.

menurut informasi yang di rangkum oleh Zona Surabaya Raya (Pikiran Rakyat) Gang Dolly ini sudah ada sejak zaman Belanda dan dikelola oleh seorang perempuan keturunan Belanda yang dikenal dengan nama Dolly van der mart.

Dalam buku bertajuk Dolly: Membedah Dunia Pelacuran Surabaya, Kasus Kompleks Pelacuran Dolly oleh Tjahjo Purnomo dan Ashadi Siregar, disebutkan, sebelum perempuan yang dijuluki Tante Dolly mulai 'praktik' di kawasan tersebut, Gang Dolly merupakan makam Tionghoa, meliputi wilayah Girilaya, berbatasan dengan makam Islam di Putat Gede.

Baca Juga: Arca Joko Dolog, Jejak Peninggalan Kerajaan Singosari di Surabaya yang Misterius

Pada 1966, para pendatang menghancurkan makam-makam tersebut. Setahun kemudian, 1967, muncul seorang pelacur perempuan bernama Dolly Khavit.

Diketahui ia menikah dengan pelaut Belanda dan mendirikan rumah pelacuran pertama di jalan yang sekarang bernama Kupang Gunung Timur I.

Asal muasal Tante Dolly hanya menyediakan beberapa gadis untuk menjadi pekerja seks komersial guna melayani dan memuaskan syahwat para tentara Belanda.

Ternyata pelayanan para gadis asuhan Tante Dolly banyak dianggap begitu memusakan hasrat pria hodung belang.

Tidak hanya tentara Belanda, warga pribumi pun lantas mulai mendatangi lokalisasi tersebut, lambat laun lokasi itu pun lebih dikenal sebagai kawasan Dolly.

Dolly semakin berkembang pada 1968 dan 1969. Puluhan wisma mulai bermunculan mulai dari sisi jalan sebelah barat, lalu meluas ke timur, hingga mencapai sebagian Jalan Jarak.

Kini, keturunan Tante Dolly diyakini masih berada di sekitar Surabaya. Namun, mereka tak lagi meneruskan bisnis yang didirikan leluhurnya itu.

Yang membuat lokasi prostitusi ini menjadi menarik, salah satunya dari cara para pekerja menjajakan dirinya.

Layaknya manekin, para PSK seakan memajang dirinya di dalam ruangan berdinding kaca mirip etalase.

Dengan begitu, para konsumen bisa dengan leluasa memilih siapa yang ingin 'menemani' mereka.

Pesatnya pertumbuhan Dolly bahkan menjadikan lokalisasi itu sebagai yang terbesar di Asia Tenggara. bakan disebut lebih besar dari Patpong di Bangkok, Thailand, dan Geylang di Singapura.

Sangat disayangkan lokasi bersejarah itu kini tinggal nama, semenjak penutupan Dolly oleh Tri Rismaharini saat menjabat sebagai Walikota Surabaya.***

Editor: Julian Romadhon

Tags

Terkini

Terpopuler