Peringatan Maulid di Ponpes Al Munir Besuki Situbondo, Bakal Dihadiri Para Kyai Berpengaruh, Catat Tanggalnya

- 29 September 2022, 07:50 WIB
Peringatan Maulid di Ponpes Al Munir Besuki Situbondo, Bakal Dihadiri Para Kyai Berpengaruh, Catat Tanggalnya
Peringatan Maulid di Ponpes Al Munir Besuki Situbondo, Bakal Dihadiri Para Kyai Berpengaruh, Catat Tanggalnya /

ZONA SURABAYA RAYA - Pondok Pesantren Al-Munir Besuki Situbondo, akan menggelar pengajian umum dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Pengajian umum dalam rangka maulid Nabi di Ponpes Al-Munir Besuki Situbondo itu, akan dilakukan pada 10 - 15 Oktober 2022 atau 14 - 15 Rabi'ul Awal 1444 Hijriyah, sekitar pukul 17.00 Waktu Indonesia Barat (WIB).

Dalam pengajian di Ponpes Al-Munir Besuki Situbondo itu, rencananya akan dihadiri oleh, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, yaitu Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA.

Selain itu, Pengajian umum tersebut juga rencananya akan dihadiri oleh KH Ahmad Fuad Noerhasan yang merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan.

Baca Juga: Jadwal Acara Trans TV Hari Ini Kamis 29 September 2022: Ada Sweet Daddy, Box Office Movie Trans TV Beirut

Dalam woro-woronya, para alumni dan Simpatisan Ponpes Al-Munir Besuki Situbondo, diharap kehadirannya dalam pengajian umum yang digagas pertama kali oleh Pendiri Ponpes Al-Munir, DR KHR Abdul Mu'iz Idris.

Berikut Profil lengkap DR. KHR. Abdul Mu'iz Idris Al-Qudusy

KH. Abdul Muiz adalah putra KH. Idris, dari 11 saudara yang merupakan cucu KH. Sarqowi, pendiri pesantren An-Nuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura.

Beliau dikenal sebagai seorang pengayom ummat lewat nasehat dan kepeduliannya terhadap problema yang dialami oleh masyarakat, baik masalah yang bersifat pribadi maupun yang bersifat umum.

Baca Juga: Jadwal Acara RTV, Kamis 29 September 2022, Ada Mitos Nusantara, Smurf, Riko The Series

Dalam pengembaraannya, Kiai Muiz bertemu dan berjodoh dengan seorang gadis bernama Zaitun, putri KH. Abdul Aziz, yang kemudian dinikahinya dalam usia 28 tahun.

Istri beliau juga merupakan cucu kesayangan KH. Rois, pendiri pesantren Nurul Hikam, Desa Sambirambak, Panji, Kabupaten Situbondo.

Tiga tahun setelah menikah, Kiai Muiz hijrah ke Desa Kalianget Kecamatan Banyuglugur Kabupaten Situbondo.

Di desa itu, beliau menempati tanah berukuran 6 x 10 m2 di pinggiran pantai yang masih rawa-rawa.

Di atas tanah tersebut dibangun rumah semi permanen yang berukuran 4x6 meter yang dijadikan tempat kediaman dan sekedar tempat berteduh.

Berkat keistiqomahan, kesabaran dan keikhlasannya ternya mendapat sambutan positif oleh masyarakat sekitar.

Hingga pada tahun 1970 mulailah santri berdatangan dari segala penjuru hingga mencapai 500 santri untuk menuntut ilmu agama.

Kiai Muiz juga aktif di organisasi kemasyarakatan, baik NU, IPNU, GP Ansor, LP Ma’arif dan beberapa organisasi lainnya.

Selain itu, dia juga dikenal sebagai kiai yang mempunyai dedikasi terhadap regenerasi Islam yang ditunjukkan melalui pengajian dan pendidikan yang tidak dikenal lelah, untuk dijadikan sarana pembinaan masyarakat dengan segala upaya.

Kiai Muiz yang masih keturunan Sunan Kudus ini, terasa dekat di hati masyarakat.

Masa remaja beliau banyak dihabiskan di pesantren yang berada di lingkup rumahnya sendiri.

Dalam menguasai ilmu agama, Kiai Muiz dikenal sebagai kiai yang menguasai leteratur agama, baik yang salaf sampai yang ditulis para intelektual Islam modern.

Sebagai seorang kiai, kiai Muiz juga seorang pemerhati dan hoby kesenian.

Kegemarannya terhadap rebbana disalurkannya dalam komunitas hadrah yang dijadikan sarana dakwah pengenal sejarah nabi.

Tidak hanya itu, kiai Muiz juga menggemari musik gambus. Jadi tidak heran bila beliau menguasai alat musik secara otodidak dapat beliau kuasai, seperti rebana, biola, gitar, dan mawaris.

Ada tiga hal yang selalu diajarkan kiai Muiz kepada santrinya.

Pertama, mendirikan Sholat sebagai benteng diri dari prilaku yang bisa mengarahkan terciptanya keburukan dan kejahatan serta kekejihan.

Kedua, senantiasa baik sangka kepada Allah di dalam berdzikir.

Ketiga, berdoalah agar tidak sombong, ujub dan takabur.

Berkat kecintaanya terhadap pengembangan masyarakat dan pengabdiannya di bidang keilmuan, pada tanggal 23 April 2000, beliau mendapatkan gelar Doktor kehormatan (Honoraris Causa) di bidang managemen masyarakat dan keagamaan dari ITM Malaysia. ***

Editor: Rangga Putra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x