Ngeri! Enam Pembunuh Ini Memanfaatkan Facebook untuk Mengakui Kejahatannya

5 Juni 2021, 23:03 WIB
Ilustrasi Facebook /PEXELS/Tobias Dziuba

ZONA SURABAYA RAYA - Pembunuhan merupakan hal yang mengerikan sekaligus mengenaskan. Kebanyakan pembunuh menyembunyikan kejahatan mereka dan mencoba menutupi apa yang telah mereka lakukan.

Sementara bagi sebagian pembunuh lainnya, mereka bingung dan pada akhirnya mengakui tindakan mereka dengan melapor ke polisi.

Namun, artikel ini akan menunjukkan sebaliknya. Alih-alih melapor ke polisi, orang-orang ini justru mengunggah maupun memanfaatkan Facebook dalam rangka mengakui kejahatan pun menjadikannya sebuah alibi.

Baca Juga: BTS Mengungkap Bagian Tersulit saat Rekaman Lagu Butter, RM: Kami Kesulitan Mengucap ...

Di bawah ini adalah daftar enam pembunuh yang mengakui kejahatan dan terlacak jejaknya melalui Facebook.

Alasan mereka membunuh sungguh memilukan. Ada juga yang bisa membuat kamu meradang!

Derek Medina - Tak tahan terus dipukul

Derek Medina (kiri) dan Jennifer Alfonso. | Facebook/Derek Medina


Miami, Florida, Amerika Serikat, memang telah menjadi 'rumah' bagi pembunuh-pembunuh terkenal.

Namun begitu, salah satu yang mengejutkan semua orang adalah Jennifer Alfonso (26) yang dibunuh oleh suaminya yang saat itu berusia 31 tahun, Derek Medina, pada tahun 2013 lalu.

Orang-orang kemudian menjuluki Derek dengan sebutan Pembunuh Facebook.

Hal tersebut bukannya tanpa alasan. Setelah dia membunuh istrinya, Derek memotret mayat Jennifer dan mengunggahnya ke Facebook dengan status, "RIP Jennifer Alfonso."

Kemudian dia mengunci anak perempuannya yang berusia 10 tahun di rumah bersama jenazah ibunya dan Derek melangkah keluar rumah.

"Saya bertengkar dengan istri saya dan dia mulai memukul saya. Dia selalu memukul saya sepanjang waktu. Saya bosan. Dia memukul saya, jadi saya menembaknya," ungkap Derek.

Ketika polisi hendak menghubungi ambulans, Derek kemudian berkata, "Oh, dia sudah meninggal. Aku tahu dia sudah meninggal karena aku mengosongkan (pistol) 380-ku. Lima tembakan."

Akibat perbuatan biadabnya itu, pengadilan menghukum Derek dengan hukuman penjara seumur hidup.

Baca Juga: Viral! Video Adegan Ranjang Barbie Kumalasari dengan Brondong Tersebar, Buruan Sebelum Dihapus!

Randy Janzen - Tak tega karena putrinya menderita migrain

Randy Jansen dan keluarga. | Facebook/Randy Janzen


Pada tanggal 7 Mei 2015, Randy Janzen (50) dari British Columbia, mengaku membunuh anak perempuan, istri dan saudara perempuannya di status Facebook.

Setelah, membunuh keluarganya, Randy menulis sebuah status panjang di Facebook yang berisi alasan tindak kejahatannya.

Pertama, dia membunuh putrinya karena tak tega melihat sang putri menderita migrain.

Kedua, dia membunuh istrinya, karena bagi Randy, tak ada ibu di dunia yang tahan setelah mendengar anak mereka mati dibunuh.

Ketiga, dia membunuh saudarinya karena tak ingin sang saudari malu atas kejahatan yang dilakukannya.

Kerabat yang mengetahui postingan Randy langsung menghubungi polisi. Saat tiba di TKP, polisi menemukan rumah Randy terbakar.

Polisi baru bisa masuk tiga hari setelahnya. Randy bersama keluarganya ditemukan tewas di dalam runtuhan rumah.

Baca Juga: Waspadai Gejala Long Covid, Pasien yang Sudah Sembuh pun Bisa Terserang Lagi

Gypsy Rose - Korban Munchausen by proxy

Dee Dee dan putrinya Gypsy Rose. | Istimewa


Pada tanggal 14 Juni 2015, Dee Dee Blanchard (48) ditemukan mati ditikam di rumahnya di Springfield, Missouri, Aemerika Serikat.

Pihak kepolisian tiba karena mereka mengetahui ada serangkaian posting Facebook yang mengganggu. Salah satunya berbunyi, "the B*tch is dead."

Dee Dee dan putrinya Gypsy Rose (25), adalah selebriti lokal. Dee Dee tidak hanya mengklaim bahwa dia dan putrinya telah selamat dari Badai Katrina, tetapi juga menyebut Gypsy hanya bisa hidup dengan kursi roda karena memiliki leukemia dan distrofi otot.

Klaim ini membuat organisasi sosial Habitat for Humanity, membangun rumah bagi mereka berdua. Tak hanya itu, lembaga nirlaba lainnya juga membiayai Dee Dee dan Gypsy berekreasi ke Disney World.

Namun, semua klaim Dee Dee adalah kebohongan. Yang terjadi justru sebaliknya. Sang putri, Gypsy, sebetulnya menderita penyakit mental munchausen by proxy.

Penyakit ini secara sederhana didefinisikan sebagai, ada seseorang yang memiliki otoritas, kemudian menyebabkan orang di bawah penguasaannya percaya jika dirinya sakit.

Polisi kemudian menangkap Gypsy dan pacarnya, Nicholas Godejohn (26), di Wisconsin, beberapa hari kemudian.

Gypsy dan Godejohn awalnya mengaku tidak bersalah. Namun setelah plot mereka terungkap, Gypsy dijatuhi hukuman 10 tahun di Pusat Pemasyarakatan Chillicothe Missouri. Sementara pengadilan Godejohn dilakukan pada bulan November 2018.

"Itu terjadi bukan karena aku membencinya. Itu karena aku ingin melarikan diri darinya," tutur Gypsy secara eksklusif kepada abcnews.com.

Baca Juga: Dengan Riset Baru, Sekolah Murid Merdeka Gabungkan Pembelajaran Daring dan Tatap Muka Saat Pandemi

Josh Davies - Membunuh karena taruhan

John Davies (kanan) dan Rebecca Aylward. | ISTIMEWA


Pada bulan Oktober tahun 2010, tubuh Rebecca Aylward (15) ditemukan tak bernyawa di Maesteg, sebuah kota kecil di Wales.

Pacarnya, Josh Davies (16), memasang status Facebook yang sangat aneh, "Saya menikmati hari yang menyenangkan dan sarapan yang indah."

Yang terjadi pagi itu, Josh mengundang Rebecca ke hutan tempat mereka biasa bertemu. Di tempat itu, Josh memukuli kepala Rebecca dengan batu sampai mati.

Kemudian, Josh memberi tahu seorang teman supaya datang ke TKP untuk melihat jenazah Rebecca.

Josh dan Rebecca pertama kali berpacaran adalah pada tahun 2008. Dua tahun kemudian, Josh meninggalkan Rebecca dan berpacaran dengan cewek lain.

Meski begitu, Josh merasa masih membenci Rebecca dan mulai membuat rencana untuk membunuhnya.

Josh bahkan bertaruh dengan temannya, "Apa yang akan kamu lakukan jika saya benar-benar membunuhnya?" tanya Josh kepada temannya.

"Oh, saya akan membelikan Anda sarapan pagi," jawab sang teman bercanda.

Dua hari sebelum pembunuhan tersebut, Josh mengirim sms ke teman yang sama. "Jangan bilang siapa-siapa, tapi mungkin kau berutang sarapan padaku."

Temannya, masih berpikir dia bercanda menjawab, "Chat terbaik yang pernah saya terima. Serius, jika memang benar, saya senang membayar sarapan. Saya ingin semua rinciannya. Kamu memang sadis."

Setelah pembunuhan tersebut, Josh mengajak teman-temannya untuk melihat mayat Rebecca. Salah satu dari mereka kemudian memberi tahu orang tuanya malam itu, dan Josh segera ditangkap.

Dia segera dijuluki sebagai Breakfast Killer dan dijatuhi hukuman 14 tahun penjara.

Baca Juga: Sadis! Terbakar Api Cemburu, Suami di Banyuasin Ini Jejalkan Cobek ke Kemaluan Istrinya

Mark Alvin Manliclic - Di bawah pengaruh alkohol

Mark Alvin Manliclic. | ISTIMEWA


Pada bulan Mei tahun 2014, Mark Alvin Manliclic (31) menikam putrinya yang berusia tujuh tahun, Angel Mark Cathlene Manliclic sampai meninggal di rumah mereka di Filipina.

Mark kemudian memajang gambar mayat Angel sebagai foto profil Facebook-nya.

Mark, yang menganggur, rupanya marah pada istrinya, Cathy, yang telah pergi bekerja di Kanada tiga bulan sebelumnya. Kemarahan Mark meluap karena Cathy telah berhenti membalas pesan Facebook-nya.

Menurut pengakuan Cathy, dia memang menggunakan pekerjaan itu sebagai kesempatan untuk melarikan diri dari Mark yang temperamental dan kasar.

Ketika mereka bertengkar, Mark selalu mengancam kehidupan putrinya. Mark yang berada di bawah pengaruh alkohol pada saat pembunuhan tersebut mengatakan kepada polisi hal berikut.

"Saya hanya melihat darah di lehernya, saya tidak ingat apa yang telah saya lakukan. Saya lalu berlari ke luar untuk memberi tahu keluarga saya apa yang terjadi," aku Mark.

Menurut salah seorang teman, Mark sebetulnya mengupload foto dan video tentang kejahatannya itu ke Facebook. Namun baik gambar maupun video itu telah dihapus.

Baca Juga: 14 Unit Mobil Pemadam Kebakaran Jinakkan Api yang Melalap Rumah Usaha Nasi Geprek

Jenelle Potter - Manja sekaligus cemburu

Jenelle Potter | ABCNews


Pada tanggal 31 Januari 2012, Billy Payne dan Billie Jean Hayworth dari Mountain City, Tennessee, ditemukan tewas akibat tembakan di kepala.

Beruntung, putra mereka yang berusia tujuh bulan masih hidup di pelukan Hayworth.

Teman Payne dan Hayworth, Jenelle Potter, segera dicurigai sebagai pelaku pembunuhan tersebut.

Hal ini merupakan salah satu contoh paling aneh dan paling mengerikan tentang bagaimana media sosial bisa disalahgunakan.

Jenelle, tumbuh menjadi anak yang sakit-sakitan dan overprotected. Dia menderita diabetes tipe 1 dan tidak dapat hidup tanpa bantuan orang tuanya, Barbara dan Marvin Potter - seorang karyawan Hewlitt-Packard dan seorang mantan marinir.

Jenelle, rupanya jatuh cinta pada Payne, meskipun pujaan hatinya itu lebih memilih Hayworth.

Ketika Jenelle mulai menerima pesan Facebook yang mengancam, orang tuanya menjadi khawatir, terutama ketika agen CIA yang bernama "Chris" mulai menghubungi mereka dan mengatakan bahwa mereka perlu melindungi Jenelle.

"Chris" mengatakan kepada Barbara dan Marvin jika Jenelle terus menerus di-bully. Bahkan ada sebuah ancaman yang menyebut Jenelle bakal diperkosa.

"Chris" juga menyebut orang yang berada di belakang ancaman tersebut adalah Payne dan Hayworth.

Di rumah Marvin, polisi menemukan ratusan status dan pesan Facebook, ratusan email dari "Chris" kepada keluarga Marvin dan sekantong foto yang memuat Payne dan Hayworth telah dirobek-robek.

Pihak berwenang meyakini "Chris" adalah media sosial alter-ego yang diciptakan Jenelle untuk melelehkan hati orang tuanya - terutama ayahnya, Marvin, untuk membunuh Payne dan Hayworth, yang Jenelle benci.

"Dibutuhkan seorang berdarah dingin untuk menembak seseorang yang sedang memeluk bayi," ungkap Agen Khusus Agen Investigasi Tennessee Scott Lott kepada 20/20 (ABC News).

Jenelle dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan tingkat pertama dan dihukum dua kali seumur hidup.

Editor: Gita Puspa Ningrum

Tags

Terkini

Terpopuler