Network
ZONA SURABAYA RAYA - Kediri memiliki beragam kuliner yang wajib untuk dinikmati. Salah satunya yaitu kuliner yang legendaris ini. Nama tempatnya adalah Soto Kambing Mbah Jani. Lokasinya berada di Jalan Raya Mojo, Desa Mlati, Mojo, Kabupaten Kediri.
Soto Kambing Mbah Jani merupakan sebuah kedai soto yang sudah berdiri sejak tahun 1940. Untuk saat ini, Soto Kambing Mbah Jani sudah dilanjutkan oleh generasi ketiga yaitu cucunya yang bernama Basuki.
Yang menjadi daya tarik dari Soto Kambing Mbah Jani sekaligus pembeda dari masakan soto lainnya yaitu pilihan penyajian dan cita rasanya yang khas. Jika kebanyakan soto yang ada di Kediri biasa disajikan menggunakan daging sapi, akan tetapi di kedai ini justru menggunakan daging kambing.
Baca Juga: Yuk! Eksplorasi Menyenangkan di Pantai Pacar, Jawa Timur: Lokasi, Tarif Tiket, dan Daya Tariknya
Selain menggunakan lauk berupa potongan daging kambing, masakan yang ada di Soto Kambing Mbah Jani ini dimasak diatas tungku api dengan menggunakan kayu arang. Pemilik kedai ni masih memakai rombong pikul peninggalan warisan orang tuanya sehingga membuat nuansa yang ada di dalam kedai ini terkesan kuno. Akan tetapi, meski cara memasak yang terkesan kuno, rasa dari masakan tersebut terasa lebih enak.
Bumbu yang digunakan untuk membuat menu soto tersebut menggunakan resep olahan bumbu dapur seperti jahe dan kencur. Resep ini sudah ada dan dilakukan secara turun temurun. Bumbu tersebut dimasak bersama daging kambing kurang lebih selama tiga jam.
Selain resep bumbu yang sudah turun temurun, soto kambing disini juga masih setia dan mempertahankan produk kecap manis asal Tulungagung sebagai pendamping pelengkap rasa. Meski sekarang sudah banyak produk kecap di pasaran, kedai ini tetap menggunakan kecap dari Tulungagung karena rasanya lebih pas dan menyatu dengan kuah soto ini.
Baca Juga: Grogolan Waterfun, Destinasi Wisata Jawa Timur Terjangkau Favorit Anak Muda di Bojonegoro
Selain itu, ada keunikan yang jarang ditemui di kedai lain yaitu saat kuah soto setelah diberi kecap, sang penjual selalu membenturkan botol kecap tersebut ke bawah sehingga menimbulkan bunyi suara “jedok”.
