Baca Juga: Mantan Bupati Gresik Sambari Halim Dikabarkan Meninggal Dunia, Cek Faktanya
Semasa Soeharto berkuasa, Harmoko dikenal sebagai pencetus ide Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa) yang berfungsi untuk menyampaikan informasi dari pemerintah ke publik.
Harmoko pun dinilai berhasil memengaruhi hasil pemilihan umum (Pemilu) melalui apa yang disebut sebagai "Safari Ramadhan". Sebagai Ketua Umum Golkar, Harmoko dikenal pula sebagai pencetus istilah "Temu Kader".
Namun Harmoko juga menjadi sosok kontroversial. Pasalnya, Harmoko dianggap sebagai sosok dibalik pembredelan Majalah Tempo, DeTik, dan Editor.
Setelah tak menjabat menteri, Harmoko menjadi Ketua MPR RI yang sekaligus meminta Soeharto mundur dari jabatan presiden karena desakan rakyat Indonesia yang saat itu sedang krisis moneter (krisis).
Saat itu tanggal 18 Mei 1998. Harmoko mengeluarkan keterangan pers dan meminta supaya Presiden Soeharto mundur.
“Demi persatuan dan kesatuan Bangsa pimpinan DPR baik Ketua maupun Wakil Ketua, mengharapkan presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana,” kata Harmoko kala itu.
Hal tersebut yang membuat ketegangan antara keluarga Cendana Soeharto dan Harmoko. Kabarnya, mereka tidak pernah bertatap muka lagi hingga tahun 2008. Harmoko menjenguk Soeharto di RSPP dan menjadi pertemuan yang terakhir sebelum Soeharto meninggal.
Di Era Reformasi, nama Harmoko tak begit kelihatan di kancah publik. Namun ia masih menulis kolom di Pos Kota. Pada tahun 2016, Harmoko mengalami penurunan kesehatan karena kerusakan saraf motorik otak belakang.