Gerhana Bulan Dapat Diamati dari Probolinggo, Ini Penjelasan Selengkapnya

- 8 November 2022, 19:10 WIB
Seorang anak kecil melihat fenomena Gerhana bulan di Probolinggo. /Zona Surabaya Raya /Ahmad Saifullah.
Seorang anak kecil melihat fenomena Gerhana bulan di Probolinggo. /Zona Surabaya Raya /Ahmad Saifullah. /

 

ZONA SURABAYA RAYA - Gerhana bulan Total yang terjadi pada Selasa 8 November 2022, ternyata bisa dilihat dari Probolinggo Jawa Timur.

Warga Probolinggo dan sekitarnya bisa melihat dengan jelas terjadinya Gerhana bulan dari lingkungannya masing-masing.

Terbukti warga di Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo ini, menikmati terjadinya fenomena Gerhana Bulan tersebut.

Selain itu, warga di Desa Kalisalam Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo melakukan sholat gerhana.

Baca Juga: Hari ini Gerhana Matahari 25 Oktober, Jam Berapa? Simak Keterangannya

Shola Gerhana itu dilakukan oleh warga di Dusun Grogol dan dusun lainnya di desa Kalisalam Kecamatan Dringu.

Dikutip dari laman Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional menyebutkan, kalau Gerhana Bulan Total adalah fenomena astronomis ketika seluruh permukaan bulan memasuki bayangan inti (umbra) Bumi.

Hal ini disebabkan oleh konfigurasi antara Bulan, Bumi dan Matahari membentuk garis lurus.

Selain itu, Bulan berada di dekat titik simpul orbit Bulan, yakni perpotongan antara ekliptika (bidang edar Bumi mengelilingi Matahari) dengan orbit Bulan.

Baca Juga: Fenomena Langit Langka, Gerhana Matahari akan Terjadi 4 Desember 2021, Begini Penjelasan LAPAN

Gerhana Bulan Total terjadi ketika fase Bulan Purnama, tetapi tidak semua fase Bulan Purnama dapat mengalami Gerhana Bulan.

Hal ini disebabkan orbit Bulan yang miring 5,1° terhadap ekliptika dan waktu yang ditempuh Bulan untuk kembali ke simpul yang sama lebih pendek 2,2 hari dibandingkan dengan waktu yang ditempuh Bulan agar berkonfigurasi dengan Bumi dan Matahari dalam satu garis lurus.

Sehingga, Bulan tidak selalu berada di bidang ekliptika ketika Purnama.

Gerhana Bulan Total kali ini terjadi pada 8 November 2022 dengan durasi total selama 1 jam 24 menit 58 detik dan durasi umbral (sebagian + total) selama 3 jam 39 menit 50 detik.

Lebar bulan total kali ini sebesar 1,3589 dengan jarak pusat umbra ke pusat Bulan sebesar 0,2570.

Gerhana ini termasuk ke dalam gerhana ke-20 dari 72 gerhana dalam Seri Saros 136 (1680-2960).

Saat Bulan memasuki umbra, warna umbra cenderung hitam. Seiring Bulan semuanya berada di dalam umbra, warna Bulan akan menjadi cerah.

Hal ini disebabkan oleh mekanisme Hamburan Rayleigh yang terjadi pada atmosfer Bumi.

Hamburan Rayleigh yang terjadi ketika gerhana bulan sama seperti ketika Matahari maupun Bulan tampak berwarna saat berada di ufuk rendah dan langit yang memiliki rona jingga ketika Matahari terbit maupun terbenam.

Spektrum dengan panjang gelombang lebih pendek, biru dan hijau dihamburkan ke angkasa lepas, sedangkan spektrum dengan panjang gelombang lebih panjang merah, jingga dan kuning seperti pengamat.

Selain itu, saat gerhana, tidak ada cahaya matahari yang dapat dipantulkan oleh Bulan sebagaimana saat fase Bulan Purnama.

Gerhana dapat berwarna menjadi lebih kecokelatan bahkan hitam pekat jika partikel seperti debu vulkanik ikut menghamburkan cahaya.

Dampak dari Gerhana Bulan Total bagi kehidupan manusia adalah pasang naik air laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari-hari biasanya ketika tidak terjadi gerhana, Purnama maupun Bulan Baru.

Gerhana Bulan Total yang dapat diamati di Indonesia untuk satu dekade berikutnya akan terjadi pada 8 September 2025, 3 Maret 2026, Malam Tahun Baru 2029, 21 Desember 2029, 25 April 2032 dan 18 Oktober 2032.***

Editor: Timothy Lie

Sumber: Lapan.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah