Burung Kedasih yang Suaranya Diyakini Sebagai Isyarat Malapetaka

- 1 September 2022, 16:40 WIB
BURUNG kedasih.*/EN.WIKIPEDIA.ORG
BURUNG kedasih.*/EN.WIKIPEDIA.ORG /

ZONA SURABAYA RAYA - Masyarakat Indonesia, terutama Jawa meyakini terdapat beberapa jenis binatang yang mampu memberikan tanda-tanda tertentu, yang terkait dengan nasib hidup seseorang, seperti burung Kedasih.

Burung Kedasih diberbagai tempat memiliki banyak nama. Selain Kedasih, burung ini juga disebut Emprit Gantil, Cuncuing, ataupun Tutuit.

Burung Kedasih kerap dihubungkan dengan mitos isyarat malapetaka. Hal itu merujuk pada suara yang dikeluarkannya sendu yang dikeluarkannya.

Suara burung Kedasih terdengar pilu dan menyayat hati, maka banyak yang meyakini ketika burung Kedasih bersuara, maka itu merupakan suatu pertanda akan adanya malapetaka.

Baca Juga: Bukan Pertanda Mistis, Telinga Berdenging Bisa Jadi Gejala Covid-19

Burung Kedasih biasanya bertengger di pucuk-pucuk pohon yang ada di kebun-kebun atau halaman rumah, dan yang paling sering, burung ini dijumpai di tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti pepunden atau komplek pemakaman.

Karena itulah, banyak orang yang menyebut burung Kedasih sebagai burung setan. Sebutan itu nampaknya tak sekedar hanya disematkan begitu saja.

Energi Kematian
Hal ini juga diperkuat dengan kebiasaannya yang kerap berbunyi di tengah malam yang gelap. Sehingga mendorong masyarakat kerap berusaha mengusirnya, saat melihat burung ini hinggap di sekitarnya.

Keyakinan seperti itu sebenarnya tak lepas dari pemikiran bahwa kehidupan manusia tak akan lepas dari pengaruh alam. Hal itu adalah bagian dari hukum hubungan makrokosmos dan mikrokosmos.

Baca Juga: Sering Dikaitkan dengan Hal Mistis, Faktanya Warna Hitam Ayam Cemani Karena Mutasi Gen

Sehingga kemanunggalan jiwa dengan alam ini pula, yang kemudian membawa masyarakat Jawa begitu meyakini bahwa tanda-tanda yang ditunjukkan oleh alam, akan berpengaruh pada perjalanan hidupnya.

Dan hal ini yang kemudian memunculkan perhitungan pranotomongso, yang menjadikan alam sebagai patokan untuk memulai aktifitas, terutama yang terkait dengan aktifitas mengolah lahan pertanian.

Dilansir dari laman Primbon Jawa, dalam perhitungan pranotomongso ini pula, beberapa jenis hewan juga disebut sebagai penanda akan sebuah kejadian, terutama yang menyangkut dimulainya musim tanam. Sebab pranotomongso sejatinya memang berisi perhitungan terkait datangnya waktu-waktu tertentu.

Di mana hal itu kemudian dikaitkan dengan saat-saat datangnya masa yang baik, untuk memulai kegiatan tanam padi. Namun dalam perkembangannya, tafsir tentang pranotomongso semakin berkembang, yang di dalamnya juga dikaitkan dengan berbagai tanda alam lain yang diyakini merupakan gambaran nasib kehidupan seseorang.

Baca Juga: Wanita ini Ungkap Rumah Sewanya Merupakan Lokasi Misteri Pembunuhan Berantai

Munculnya sosok binatang seperti burung kedasih, gagak, prenjak atau yang lainnya, yang diyakini membawa pertanda tertentu akhirnya juga menjadi pertimbangan tersendiri bagi masyarakat, sebelum mereka melakukan aktifitas tertentu.

Pranotomongso sendiri sebenarnya berisi perhitungan terkait datangnya masa tanam. Sebab pembuatan pranotomongso ini didasarkan pada fenomena alam yang terjadi saat itu. Sehingga dengan begitu bisa dijadikan patokan terkait waktu mana yang tepat, untuk memulai masa tanam.

Kembali pada burung Kedasih, mitos yang terlanjur melekat pada burung ini memang telah mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap keberadaannya. Kehadiran burung kedasih tak hanya dianggap sebagai penebar kesialan.

Burung Kedasih juga dipandang sebagai burung kematian, di mana suaranya yang mengalun dengan irama meratap, diyakini mirip dengan suara terompet malaikat maut. Karena itu, tiap kali burung Kedasih berbunyi di suatu tempat, maka diyakini bahwa tidak lama kemudian di tempat tersebut pasti ada orang yang meninggal.

Entah benar atau tidak, dari beberapa cerita yang berkembang, memang selalu menyebutkan bahwa kehadiran burung Kedasih senantiasa diikuti meninggalnya seseorang. Meski belum ada penelitian ilmiah terkait hubungan suara burung kedasih dengan kematian seseorang, namun masyarakat telah terlanjur percaya.

Dan hal itu sampai sekarang masih tetap dipegang dengan kuat, bahkan tak hanya di masyarakat Jawa. Namun terlepas dari mitos yang begitu kuat diyakini masyarakat, burung Kedasih sendiri memang terbilang burung yang unik.

Selain suaranya yang memang bisa menciptakan suasana mistis saat diperdengarkan, perilaku burung Kedasih bisa dikatakan tidak umum dilakukan oleh burung yang lain.

Mitos
Mungkin telah menjadi bagian dari rahasia Tuhan yang sengaja menciptakan burung Kedasih dengan keunikannya. Di mana burung Kedasih tidak pernah memiliki sarang, sebagaimana burung-burung lain pada umumnya.

Pada tiap-tiap kali musim kawin, burung Kedasih akan berusaha mencari sarang burung lain untuk menitipkan telurnya. Karena itulah, dia akan berusaha untuk mencari ranting tertinggi untuk hinggap, agar bisa melihat ke sekelilingnya.

Dengan begitu burung Kedasih bisa dengan mudah menemukan sarang burung lain, terutama dari jenis pemakan serangga, untuk dititipi telur. Keberadaan burung Kedasih memang akan menjadi momok tersendiri bagi burung yang kebetulan sedang mengerami telur.

Sebab saat burung Kedasih menemukan sarang burung itu, maka telur-telur dari burung tersebut akan dibuang dan diganti dengan telur burung Kedasih. Sehingga pada saat menetas nantinya, yang keluar adalah sosok anak burung Kedasih.

Tidak dimilikinya akal yang lebih, membuat burung yang sarangnya dititipi telur burung Kedasih, akan menyangka bahwa anak burung Kedasih itu adalah anaknya. Apalagi telurnya sendiri sudah tidak ada lagi.

Baca Juga: Misteri Hilangnya YouTuber yang Tak Ditemukan Hingga Sekarang

Sehingga kemudian anak burung Kedasih itu diasuh sampai besar. Gambaran itu jelas menunjukkan bahwa burung Kedasih memang membawa kesialan dan bahkan kematian bagi burung lain.

Karena itulah, keberadaan burung Kedasih di suatu tempat juga pasti akan diwaspadai oleh burung-burung lain yang tengah bertelur. Sebab bila mereka lengah, maka telur-telur mereka akan dimakan oleh burung Kedasih, dan digantikan dengan telurnya.

Telur-telur yang dimakan jelas merupakan symbol kematian bagi burung yang sarangnya didatangi burung Kedasih. Sebab dengan begitu maka proses regenerasi mereka akan terputus.

Kehadiran telur burung Kedasih yang kemudian menetas tentunya juga menjadi bentuk kesialan tersendiri bagi burung yang mengeraminya. Sebab meski harus susah payah merawat dan membesarkan anak burung itu, tetap saja itu bukan anaknya yang sebenarnya. 

Fenomena ini kemudian diterapkan dalam kehidupan masyarakat, dengan memunculkan keyakinan bahwa burung Kedasih adalah pembawa sial dan kematian.

Padahal sebenarnya hal itu berlaku hanya di dunia perburungan. Namun demikian, berkembangnya mitos terkait burung Kedasih ini sebenarnya adalah pelajaran hidup bagi masyarakat.

Di mana masyarakat diharapkan untuk tidak meniru perilaku buruk burung Kedasih. Sehingga di tiap kali kemunculannya, mereka berusaha mengusirnya.

Apa yang diajarkan nenek moyang kita dahulu selalu penuh dengan symbol, agar tidak sampai terinspirasi kejahatan burung Kedasih, lantas mereka menciptakan mitos bahwa burung Kedasih adalah burung pembawa sial dan kematian.

Sehingga tiap kali muncul diajarkan untuk mengusirnya. Padahal sebenarnya hal itu sejatinya tidak akan berpengaruh apapun pada manusia. Meski semua tergantung keyakinan masing-masing. Sebab kalau sudah bicara keyakinan, hal itu sifatnya sangat pribadi.***

Editor: Timothy Lie


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah