ZONA SURABAYA RAYA - Pada saat seseorang menderita penyakit maka seyogyanya untuk melakukan pemeriksaan dan pergi ke dokter.
Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh kesembuhan atas penyakit tersebut.
Penyembuhan penyakit sendiri terdiri atas dua cara yaitu dengan upaya famakologis menggunakan obat, atau non-farmakologis salah satunya dengan perubahan karakter.
Baca Juga: Studi Menemukan Mayoritas Orang Berumur diatas 40 Tahun Memiliki Potensi Penyakit Jantung
Prof Dr Abdurachman dr M.Kes PA(K) selaku Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) menerangkan, bahwa upaya farmakologis dan non-farmakoloigis sama-sama penting guna memberoleh kesembuhan dari suatu penyakit.
“Secara hakikat setiap sesuatu itu diciptakan sepasang. Kalau tubuh manusia ada yang namanya fisik dan non fisik,” katanya
Apabila fisik seseorang sedang didera penyakit, maka dalam aspek non-fisiknya juga akan terganggu.
Non fisik yang dimaksud disini adalah karakter, kalau sedakit sakit haruslah dikembalikan menjadi normal kembali.
Prof Abdurachman menjelaskan, salah satu bentuk dari non-fisik adalah kalbu.
Apabila seseorang dapat memupuk karakter baik, maka dirinya akan memperoleh ketenangan kalbu. Terdapat nua nilai yang lekat pada karakter manusia, diantaranya positif dan negative.
Baca Juga: Rawan Penularan Penyakit Leptospirosis Surabaya Lakukan Traping dan Pemeriksaan Sampel Tikus
Nilai positif terdiri atas optimis, religious, suka menolong, gemar berbagi, teguh dalam pendirian, dan lain sebagainya.
Prof Abdurachman yang sebelumnya telah dikukuhkan menjadi Guru Besar itu menambahkan, terdapat salah satu buku berjudul Love, Medicine, and Miracles yang sedang dirinya baca.
Dalam buku tersebut dijelaskan sekumpulan penderita kanker payudara yang sedang menjalani terapi karakter.
Terapi karakter ini berarti memupuk kebiasaan untuk menjalin hubungan baik dengan warga sekit, menyiram tanaman.
Prof Abdurachman meneruskan, bahwa setelah kebiasaan baik tersebut dipraktekkan lantas sang pasien diteliti kembali.
Hasilnya sel kanker yang sebelumnya ada sudah tidak lagi terdeteksi. Setiap aksi akan selalu menimbulkan realksi Apabila melakukan hal negatif maka akan memperoleh hasil negarif juga.
Sebaliknya jika melakukan hal positif makan akan menuai sesuatu yang positif juga.
Lebih dalam lagi Prof Abdurachman menerangkan, merangsang rasa optimis dapat dilakukan dengan beraneka macam hal, dinataranya ketika memberi rangsangan positif kepada panca indera.
Dapat menggunakan benda dalam bentuk makanan yang disukai oleh seseorang yang sedang sakit tersebut.
Selain itu juga dengan menyemangati melalui kata-kata positif sehinggga mempercepat kesembuhan.
Terakhir Prof Abdurachman beharap, kedepannya pengobatan terhdap penyakit tidak hanya dari aspek fisik saja, namun juga perlu memperhatikan aspek non fisik.
Ketika kedua hal tersebut menjadi fokus perhatian diharapkan kesembuhan pasien dapat segera diperoleh.***