Sapardi Djoko Damono jadi Ikon Google Doodle Hari Ini, Berikut 3 Novel Sang Pujangga yang Tak Lekang Waktu

20 Maret 2023, 19:35 WIB
Sapardi Djoko Damono Jado Ikon Google Doodle Hari Ini, Berikut 3 Novel Karya Sang Pujangga yang Tak Lekang Waktu /Zona Surabaya Raya/Instagram Sapardi Djoko Damono

ZONA SURABAYA RAYASapardi Djoko Damono, seorang sastrawan besar Indonesia yang lahir pada tanggal 20 Maret 1940 dan tepat hari ini berulangtahun yang ke 83 tahun.

 

Google pun ikut serta merayakan hari kelahiran sang pujangga.

Dalam Tampilan google doodle hari ini, menampilkan sebuah ilustrasi dari beliau Sapardi Djoko Damono- yang sedang berjalan dibawah rintik hujan dan berlindung dibawah payung coklatnya.

Seperti terinspirasi dari novel karya beliau yang berjudul Hujan di Bulan Juni.

Baca Juga: Sinopsis IMLIE Episode 8 Hari Ini, Senin 20 Maret 2023, TERKEJUT! Imlie Ternyata Saudari Kandung Malini

Mengutip dari website Kemendikbud RI, Sapardi Djoko Damono adalah seorang penyair, pengamat sastra, dosen, kritikus dan pakar sastra.

Eyang Sapardi memiliki peran yang sangat penting bagi dunia sastra di Indonesia. 

Banyak karya yang telah diciptakan oleh Sapardi Djoko Damono, baik puisi maupun novel.

Dan karya beliau pun terkenal seantero jagat bahkan mendunia.

Berikut 3 karya novel dari sang pujangga, Sapardi Djoko Damono.

1.       Hujan di Bulan Juni

Salah satu karya novel dari Eyang Sapardi yang bercerita tentang kisah asmara dua akademisi yang harus terpisah jarak saat mengejar cita-cita. Selain berupa buku atau novel, Hujan di Bulan Juni pun juga divisualisasikan menjadi sebuah film, musik dan puisi. Puisi Hujan di Bulan Juni pun lahir lebih dulu pada tahun 1989 Ketimbang novelnya yang lahir di tahun 1994, dan pada tahun 2017 film Hujan di Bulan Juni pun rilis.

Dalam film, karakter pinkan diperankan oleh Velove Vexia dan Sarwono diperankan oleh Adipati Dolken. Film ini pun mampu mengobrak abrik hari penonton. 

2.       Pada Suatu Hari Nanti

Sapardi Djoko Damono dalam buku ini ingin menyampaikan bahwa suatu hari Nanti kita akan memahami bahwa kehidupan yang kita agung-agungkan adalah sebuah kefanaan yang abadi. Namun dibalik kefanaan itu, Eyang Sapardi pun ingin kita menyadari bahwa di setiap langkah kehidupan kita akan selalu mencari dan mendapatkan makna.

Hal ini selaras dengan lirik ‘Pada suatu hari Nanti impianku pun tak dikenal lagi namun di sela sela huruf sajak ini kau tak kan letih-letihnya ku cari’

3.       Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang

Karya satu ini Eyang Sapardi berkolaborasi dengan seorang penulis muda bernama Nadhifa Allya Tsana atau yang lebih dikenal dengan sebutan paus dan pemilik akun instagram rintik sedu.

Karya lintas generasi ini menghasilkan beberapa puisi yang dapat dinikmati oleh semua generasi. ‘Tak ada jalan dan tak ada pulang, kita di atap langit nun dibawah rata belaka, suatu saat biru disaat lain merah kesumba’.  *** 

Editor: Timothy Lie

Sumber: Google Doodle

Tags

Terkini

Terpopuler